Posted in

17 dari 206 Pahlawan Nasional Belum Jadi Nama Jalan di Maps, Siapa Saja Mereka?

Suasana lintas di jalan Sudirman, Jakarta. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Nama-nama pahlawan nasional bertebaran sebagai nama jalan di seluruh penjuru Indonesia. Mungkin tanpa kamu sadari, jalan-jalan dengan nama pahlawan kamu lewati setiap hari.

kumparan menelusuri nama-nama jalan dengan nama pahlawan. Kami menarik data dari OpenStreetMap (OSM) Indonesia yang disimpan dengan format .osm.pbf. OSM sendiri merupakan proyek pemetaan kolaboratif berbasis open source.

Nah, file .osm.pbf kami proses menggunakan library pyosmium di Python untuk mengekstraksi data jalan. Setelah itu, nama-nama jalan dinormalisasi dengan regular expression dan unicodedata, lalu dibandingkan dengan daftar 206 pahlawan nasional menggunakan metode string similarity dari difflib.SequenceMatcher.ratio().

Hasilnya, pahlawan dengan nama jalan terbanyak adalah Sudirman, jumlahnya ada 310 jalan. Lalu, Kartini 269 jalan, Diponegoro 240 jalan, Ahmad Yani 207 jalan, dan Dewi Sartika 150 jalan. Total ada 4.769 jalan di Indonesia yang menggunakan nama pahlawan nasional.

Hal menarik lainnya, kami menemukan ada 17 dari 206 pahlawan nasional yang namanya belum diabadikan sebagai nama jalan di OSM. Supaya lebih yakin, kami melakukan pengecekan ulang terhadap nama-nama tersebut melalui mesin pencarian Google dan Google Maps.

Nama jalan Himayatuddin Muhammad Saidi alias Oputa Yi Ko, misalnya, tidak ditemukan di database OpenStreetMap maupun Google Maps. Namun, sebuah pemberitaan di internet menyebut bahwa nama Himayatuddin Muhammad Saidi telah ditetapkan sebagai menjadi nama ruas jalan di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara oleh Bupati Buton pada 10 November 2021.

Hal serupa juga berlaku untuk jalan yang menggunakan nama Soeharto Sastrosoeyoso, eks dokter pribadi Soekarno. Nama Soeharto Sastrosoeyoso rupanya sudah ditetapkan sebagai nama jalan di Klaten, Jawa Tengah, pada 27 Mei 2022. Namun, memang belum muncul di OpenStreetMap maupun Google Maps.

Sedangkan nama Izaak Huru Doko disebutkan pada laman wikipedia, diabadikan menjadi nama jalan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Namun, kami tidak dapat menemukan jalan tersebut di OpenStreetMap ataupun Google Maps.

Menurut Sejarawan Universitas Indonesia, Bondan Kanumoyoso, pemakaian nama pahlawan tak lepas dari faktor popularitas. Dia pun menyayangkan beberapa nama pahlawan yang bahkan belum menjadi nama jalan di daerahnya sendiri.

“Banyak nama pahlawan yang belum dikenal oleh masyarakat. Jadi karena itu kalau bicara pahlawan, mereka ingatnya ya nama-nama itu Diponogoro, Kartini, gitu-gitu ya,” terang Bondan saat dihubungi kumparan, Senin (18/8).

Bondan Kanumoyoso (Sejarawan UI). Foto: Prima Gerhard/kumparan

Dia bilang, penamaan jalan seharusnya tidak bisa sembarangan, harus memperhatikan toponimi. Penamaan jalan perlu menyertakan karateristik suatu daerah.

Bondan memberikan contoh misalnya sebuah jalan berada di Sumatera Utara, sebaiknya nama-nama pahlawan nasional dari Sumatera Utara yang digunakan, kalau sudah terpakai semua baru bisa memilih nama pahlawan dari daerah lain.

“Nah tetapi aturan itu pun enggak diketahui kayaknya dan Pemda mungkin juga enggak terlalu apa memerhatikan ya aturan itu ya. Sehingga karakteristik daerahnya kurang terlihat. Itu toponimi itu enggak asal kasih nama loh,” ungkapnya.

Lantas, siapa saja pahlawan nasional yang namanya belum diabadikan menjadi nama jalan menurut versi maps?

AR Baswedan Foto: Wikimedia Commons

Abdurrahman Baswedan atau yang dikenal sebagai AR Baswedan berkiprah sebagai politikus yang menggagas pendirian Persatuan Arab Indonesia (PAI) dan pernah menjabat sebagai Menteri Muda Penerangan di Kabinet Sjahrir III.

Pahlawan kelahiran Surabaya, 9 September 1908 ini merupakan kakek dari mantan gubernur Jakarta Anies Baswedan. Ia wafat di Jakarta pada 16 Maret 1986 dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 8 November 2018

K.H. Ahmad Hanafiah. Foto: Dok. Pemprov Lampung

KH Ahmad Hanafiah merupakan pahlawan nasional kelahiran Lampung 1905 yang dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 6 November 2023. Sebelumnya, Lampung hanya punya satu pahlawan nasional yakni Radin Intan II.

Ia berperan dalam pembentukan organisasi pejuang Laskar Hizbullah dan pernah bergabung dalam Chuo Sangi Kai pada 1945-1946, wafat pada Agustus 1947.

Untuk mengenang jasanya, Pemerintah Daerah Lampung membangun Monumen Patung KH Ahmad Hanafiah di Lampung Timur, Lampung. Pada akhir 2023 lalu, nama Ahmad Hanafiah diusulkan menjadi menjadi salah satu nama jalan di Kota Bandar Lampung

Ilustrasi Raja Bataha Santiago yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Foto: Dok. Istimewa

Bataha Santiago tokoh asal Sangihe Talaud, raja ketiga Kerajaan Manganitu. Lahir pada 1622, ia dikenal sebagai raja yang menolak keras penandatanganan perjanjian dengan organisasi dagang hindia belanda VOC. Sampai akhir hayatnya, ia tidak pernah tunduk pada Belanda hingga tewas digantung oleh pihak VOC pada 1675.

Bataha Santiago dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 10 November 2023, patung dirinya berdiri tegak di Pulau Miangas.

Gusti Pangeran Harya Djatikoesoemo merupakan pahlawan nasional yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat pertama dan Duta Besar RI untuk Singapura pada 1958 sampai 1960.

Djatikoesoemo lahir di Surakarta pada 1 Juli 1917 dan merupakan bagian dari keluarga keraton Kesultanan Surakarta. Ia wafat pada 4 Juli 1992 dan mendapatkan gelar pahlawan nasional pada 6 November 2002.

Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Oputa Yi Koo merupakan Sultan Buton ke-20 yang turut bergerilya melawan Belanda saat Perang Buton. Ia wafat pada 1776 dan diberi gelar pahlawan nasional pada 7 November 2019.

Monumen Oputa Yi Koo kini menjadi ikon Kota Baubau.

Pahlawan nasional kelahiran Timor, 20 November 1913 merupakan pendiri Partai Demokrasi Indonesia dan berperan dalam pembangunan Universitas Udayana, Bali dan Universitas Nusa Cendana, Nusa Tenggara Timur. Ia wafat pada pada 29 Juli 1985 dan mendapatkan gelar pahlawan nasional pada 3 November 2006.

7. Johannes Abraham Dimara

Mayor TNI Johannes Abraham Dimara, merupakan tokoh OPI (Organisasi Pembebasan Irian Barat) yang lahir pada 16 April 1916, berperan dalam mendukung penyatuan wilayah Irian Barat ke Republik Indonesia. Ia wafat di Jakarta pada 20 Oktober 2000 dan mendapatkan gelar pahlawan pada 8 November 2010.

Walau belum menjadi nama jalan, namanya sudah diabadikan menjadi nama Pangkalan Udara TNI AU di Merauke.

Kasman Singodimedjo. Foto: Facebook

Mr. R. H. Kasman Singodimedjo, lahir pada 25 Februari 1904 di Purworejo, Jawa Tengah. Dia pernah menjadi Jaksa Agung Indonesia pada 1945 sampai 1946 dan Menteri Muda Kehakiman pada Kabinet Amir Sjarifuddin II. Ia juga merupakan Rektor pertama Universitas Islam Indonesia. Semasa muda, ia aktif di organisasi Muhammadiyah.

Ia wafat pada 25 Oktober 1982 dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 8 November 2018. Di Purworejo, kini terdapat bangunan bernama Gedung Seni Mr. Kasman Singodimedjo Clapar.

9. Machmud Singgirei Rumagesan

Pahlawan asal Papua ini merupakan Raja di Kerajaan Sekar yang mendirikan Gerakan Tjendrawasih Revolusioner Irian Barat (GTRIB). Rumagesan berperan dalam melawan Belanda pasca Perang Dunia II.

Ia lahir pada 27 Desember 1885 dan wafat pada 5 Juli 1964. Ia dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 10 November 2020.

Mayor TNI Marthen Indey merupakan pahlawan nasional asal Papua yang lahir pada 16 Maret 1912. Pasca kemerdekaan, ia berperan dalam pemberontakan melawan Belanda di Irian Barat dan menjadi perwakilan Indonesia di PBB untuk memperpendek masa UNTEA pada December 1962.

Ia wafat pada 17 Juli 1986 dan mendapatkan gelar pahlawan pada 14 September 1993. Namanya diabadikan menjadi nama pangkalan udara (Lanud) TNI AU di Wamena, Papua dan RS TNI Angkatan Darat di Jayapura, Papua.

KGPAA Paku Alam VIII. Foto: jogjaprov.go.id

Lahir dengan nama BRMH Sularso Kunto Suratno pada 10 April 1910, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam VIII berperan dalam upaya integrasi Pakualaman dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat ke Republik Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan.

Ia wafat karena sakit pada 11 September 1998 dan dianugerahkan gelar pahlawan pada 3 November 2022.

Keluarga kerajaan Yogyakarta, antara lain Sri Sultan Hamengku Buwono VII, GRA Mursudarinah, Sri Susuhunan PakuBuwono X. Foto: D. Prameswara/Shutterstock

Sri Susuhunan Pakubuwana X dengan nama lahir GRM. Sayyidin Malikul Kusna lahir pada 29 November 1866 memiliki peran dalam pergerakan nasional Budi Utomo dan pendirian Sarekat Dagang Islam. Ia wafat pada 22 Februari 1939 dan menjadi pahlawan nasional sejak ditetapkan pada 30 Maret 1893.

13. Salahuddin bin Talabuddin

H. Salahuddin bin Talibuddin. Foto: Melly Meiliani/kumparan

Pahlawan asal Maluku Utara yang lahir pada 1874 ini punya peran dalam melawan penjajahan Belanda hingga akhirnya ditangkap dan dieksekusi oleh pemerintah Belanda pada 6 Juni 1948 di Ternate. Ia pernah dibuang ke penjara Sawahlunto, Nusakambangan, dan Boven Digoel.

Ia ditetapkan sebagai pahlawan pada 7 November 2022.

Pahlawan perempuan yang satu ini lahir pada 3 Januari 1872, ia merupakan istri Ahmad Dahlan sekaligus tokoh emansipasi perempuan melalui organisasi Aisyiyah yang membuka kesempatan pendidikan bagi perempuan islam.

Ia meninggal pada 31 Mei 1946 dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada Pada 10 November 1971.

15. Soeharto Sastrosoeyoso

Mayor Jenderal TNI (Tituler) Dr. dr. H. Raden Soeharto Sastrosoeyoso adalah pahlawan nasional yang berperan sebagai pendiri Ikatan Dokter Indonesia, ia juga merupakan dokter pribadi Soekarno dan Menteri Koordinator Urusan Perencanaan Pembangunan Nasional Pertama.

Ia lahir pada 24 Desember 1908 dan wafat pada 30 November 2000, ditetapkan sebagai pahlawan pada 7 November 2022.

Sukarni. Foto: Dok. Kemdikbud

Sukarni merupakan salah satu tokoh pejuang kemerdekaan yang lahir pada 14 Juli 1916. Ia mendirikan mendirikan organisasi Persatuan Pemuda Kita dan sempat bekerja di Kantor Berita Antara.

Sukarni memimpin kelompok golongan muda yang menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Ia sempat menjadi ketua Partai Murba pasca kemerdekaan dan bertugas sebagai Duta Besar Indonesia di Peking, Tiongkok.

Ia wafat pada 7 Mei 1971 dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 7 November 2014. Namanya diabadikan jadi nama sebuah taman di Blitar, Jawa Timur.

17. Sultan Mahmud Riayat Syah

Sultan Mahmud Riayat Syah Foto: Faisal Nu’man/kumparan

Sultan Mahmud Riayat Syah atau Sultan Mahmud III lahir pada 24 Maret 1756, merupakan Sultan Johor-Pahang-Riau-Lingga yang mencakup wilayah yang kini menjadi bagian negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Ia terlibat aktif dalam upaya melawan Belanda melalui gerilya laut.

Namanya kini diabadikan sebagai nama Masjid di Kota Batam, Kepulauan Riau. Ia wafat pada 12 Januari 1812 dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 9 November 2017.

Masjid Raya Sultan Mahmud Riayat Syah Kota Batam. Foto: Shutterstock

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *