Komisi XIII DPR RI menggelar rapat kerja bersama Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kemen Imipas) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (21/7).
Rapat dihadiri Wamen Imipas Silmy Karim. Sedangkan Menteri Imipas Agus Adrianto absen.
Sejumlah anggota Komisi XIII memberikan catatan-catatan untuk lapas-lapas yang ada di Indonesia kepada Silmy.
Mereka menyorot soal over kapasitas hingga tak adanya dokter di sejumlah lapas.

Over Kapasitas dan Tak Ada Susu untuk Balita Anak Napi
Anggota Komisi XIII dari PDIP, Ahmad Basarah menyorot soal over kapasitas di lapas. Ia menuturkan masih kurangnya susu untuk balita yang ikut mendekam di bui bersama ibunya.
“Untuk lembaga pemasyarakatan ini selalu menimbulkan isu krusial setiap tahun pak. Itu overcrowded, narkotika di lapas dan lain lain sebagainya,” ucap Basarah.
“Termasuk yang tempo lalu saya laporkan pada rapat kerja ini pak, di Lapas perempuan itu banyak sekali anak-anak balita yang mengikut ibunya sebagai warga binaan,” tambahnya.
Menurut Basarah, anak-anak balita itu tidak berdosa. Maka, negara harus hadir memberikan hak mereka, berupa susu, makanan, hingga minuman.
“Mereka belum mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan sebagai balita. Susu, makanan, minuman, dan lain-lain sebagainya,” ucap Basarah.
“Karena mereka kan gak ikut berdosa atau bersalah atas kesalahan yang dialami oleh orang tuanya. Oleh karena itu negara harus hadir untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya memberikan fasilitas pada anak-anak balita yang ada di lembaga-lembaga pemasyarakatan,” tambah dia.

Minta Semua Lapas Contoh Lapas Cebongan
Anggota Komisi XIII dari PAN, Arisal Aziz, menilai Lapas Cebongan di Sleman, Yogyakarta, sebagai lapas dengan tata kelola yang terbaik. Ia pun meminta semua lapas mencontoh lapas itu.
“Kami kemarin hari Jumat Kunker ke Sleman, Yogya, ini perlu saya sampaikan kepada Pak Wamen, lapas yang selama kami datangi, ini lah lapas yang sebenarnya,” ucap Arisal.
“Kami berikan apresiasi kepada lapas Sleman, luar biasa. Mulai dari kebersihannya, ketertibannya, di dalam lapas itu saya lihat tidak ada ya bandingannya sama lapas yang lain. Perlu juga kita berikan apresiasi itu, Pak Wamen. Ka Lapasnya dan juga Kanwilnya,” tambah dia.
Apresiasi Arisal ini pun diamini anggota lainnya, yakni Muslim Ayub dari NasDem. Menurutnya, lapas di Sleman itu memang bagus. Di sana, kata Muslim, Kepala Lapas dan Kepala Kantor Wilayah pemasyarakatannya merupakan wanita.
Muslim meminta Silmy untuk memperbanyak wanita menjadi pimpinan di lembaga pemasyarakatan.
“Saya rasa untuk Kanwil-Kanwil, kita prioritaskan lah perempuan. Perempuan ini kayaknya lebih mampu, kayaknya saya melihat. Bukan kita bandingkan dengan laki-laki, tidak,” ucap Muslim.
“Jadi care sekali sekali dalam hal apa pun, jadi kita komunikasi pun lebih baik. Dan kalau memang ada perempuan pun wanita yang menjadi pimpinan barangkali di lapas baik imigrasi, tidak salahnya ini kita prioritaskan,” tambah dia.

Tambah Dokter di Lapas
Muslim menambahkan satu poin lagi di dalam catatannya. Katanya, banyak lapas di Aceh dan Sumatera Utara yang tak memiliki dokter.
“Saya melihat di lapas Cebongan kemarin, itu ada sampai tiga doktor diberikan dengan penghuni hanya sampai 400. Di lapas kami, di dapil kami, Sumut dan Aceh itu, tidak ada dokternya. Makanya ini jangan ada diskriminasi ini,” ucap Muslim.
“Mohon barangkali, lapas yang sampai 500 orang, nggak ada dokternya di situ,” tambahnya.
Menurut Muslim, ketidakadaan dokter di lapas, membuat tingkat kematian napi meningkat.
“Jadi kadang-kadang dokternya tidak ada, bagaimana dengan penghuninya di situ? Ya mati terus orangnya. Kita lihat di Jawa, hanya berapa orang, dokternya sampai tiga. Ini perlu, ini perlu pemikiran bagi kita semua,” tandas dia.