Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita meresmikan PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI), pabrik panel surya terintegrasi pertama dan terbesar di Indonesia. Agus mendorong harga panel surya buatan dalam negeri bisa bersaing dengan barang impor.
Agus mengatakan, pabrik ini siap memproduksi hingga 1,4 juta panel surya per tahun. Jumlah ini bisa mengurangi ketergantungan impor panel sel dan komponennya dari negara lain.
"Ini tonggak penting bagi dunia industri, di mana kehadiran pabrik solar sel terbesar di Indonesia telah hadir dan mulai beroperasinya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal. Ini mendukung program peningkatan penggunaan energi terbarukan di Indonesia melalui penguatan rantai produksi panel surya dalam negeri," ujar Agus di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Kamis (19/6).
Ia menjelaskan, berdasarkan data dari Institute for Essential Services Reform per Juni 2024, kapasitas produksi modul surya dalam negeri meningkat sebesar 2,3 persen. Menurutnya ini merupakan hal yang sangat baik dalam untuk mendukung transisi energi nasional.

"Pada 2025 hingga 2029 diharapkan produksi yang dihasilkan per tahun sekitar 0,8 GW dan akan meningkat menjadi 1,9 GW per tahun hingga 2034," sebut dia.
Meski begitu, Agus juga menyoroti efisiensi dan daya saing harga produk lokal masih kalah dibandingkan dengan produk impor. Bahkan, harga PLTS lokal itu sekitar 30-45 lebih tinggi dibanding dengan produk impor.
"Harga PLTS lokal itu masih tinggi, sekitar 30-45 persen lebih tinggi kalau dibandingkan impor dan tentunya ini yang menjadi perhatian pemerintah," ungkap dia.
Selain itu, banyak produk solar panel yang belum mengantongi sertifikat KIR 1. Hal ini lah yang diduga menjadi penyebab sulitnya akses pembiayaan dari lembaga keuangan.
"Selamat untuk TMAI yang sudah mendapatkan sertifikat KIR 1. Ini capaian penting untuk membuka akses pembiayaan lebih luas," ucap Agus.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI), Lokita Prasetya, menyebut pabrik ini memiliki nilai investasi yang mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun. Pabrik ini juga menggunakan teknologi i-TOPCon Advanced yang akan menghasilkan panel surya dengan daya hingga 720 Wp per panel.
"Pabrik kami akan menyerap 640 tenaga kerja dan menyediakan pelatihan di teknologi produksi sel surya dan modul," kata Lokita.